Article

7 Penyakit yang Kamu Cegah dengan Membawa Hewan Kesayanganmu ke Dokter Hewan

1. Panleukopenia

Panleukopenia adalah penyakit serius pada kucing yang disebabkan oleh virus Parvoviridae. Anak kucing yang belum divaksin memiliki risiko kematian hingga 100% (Hermawan, dkk, 2023). Cara terbaik untuk mencegahnya adalah dengan vaksinasi FPV (Feline Panleukopenia Virus) di dokter hewan. Vaksin ini membantu tubuh kucing membentuk antibodi untuk melawan infeksi (Baroroh, dkk, 2023). Dengan membawa kucingmu ke dokter hewan untuk mendapatkan vaksinasi, kamu bisa memastikan mereka tetap sehat dan terhindar dari penyakit panleukopenia.

2. Rabies

Rabies adalah penyakit mematikan yang bisa menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan ribuan kematian setiap tahunnya. Meski sangat fatal, rabies bisa dicegah dengan vaksinasi pada hewan dan manusia (WHO, 2024). Vaksin rabies termasuk vaksin utama yang wajib diberikan karena telah terbukti mampu mencegah rabies pada anjing dan kucing. Pastikan hewan kesayanganmu mendapatkan vaksin ini di dokter hewan untuk tetap sehat dan terlindungi (Wati & Yunita, 2020).

3. Canine distemper

Canine distemper adalah penyakit infeksius pada anjing yang menyerang banyak sistem pada tubuh anjing, termasuk pencernaan, pernafasan, dan saraf. Anjing yang tidak divaksinasi memiliki angka kematian dan resiko infeksi yang tinggi. Sama seperti banyak penyakit infeksi virus lainnya, canine distemper juga efektif dicegah dengan pemberian vaksinasi pada anjing yang dapat dilakukan dengan membawa anjing ke dokter hewan (Lanasakti, dkk, 2021). Vaksin distemper merupakan vaksin wajib pada vaksinasi pertama anak anjing (Zoetis).
4. Penyakit ginjal kronis / Chronic Kidney Disease (CKD)
Gagal ginjal kronis terjadi saat ginjal kehilangan fungsinya dalam membuang racun dari tubuh. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan sering kali baru terdeteksi saat sudah parah. Karena sulit dikenali di tahap awal, pemeriksaan darah rutin di dokter hewan sangat penting untuk mendeteksinya lebih dini. Kadar kreatinin dan urea yang tinggi dalam darah bisa menjadi tanda gangguan ginjal (Umaiyah, dkk, 2024).

5. Ektoparasit

Kucing rentan terhadap infeksi parasit, terutama tungau skabies, yang bisa menyebabkan gatal parah dan kerontokan bulu (Suprihatin, dkk, 2024). Gejalanya bervariasi tergantung tingkat keparahan infeksi. Untuk mencegah dan mengobatinya, penting bagi Pet Mates untuk berkonsultasi dengan dokter hewan. Pemberian obat antiparasit secara berkala dapat membantu melindungi kucing dari serangan kutu dan tungau (Aditya, 2024). Begitupula dengan anjing yang membutuhkan antiparasit secara rutin untuk mencegahnya dari kutu, caplak, dan ektoparasit lainnya.

6. Endoparasit

Selain infeksi parasit dari luar, hewan kesayangan juga rentan terkena infeksi parasit dalam tubuh, seperti cacing. Helminthiasis atau infeksi parasit cacing umum terjadi pada anjing dan kucing yang dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan, mempengaruhi pertumbuhan, malnutrisi, dan beberapa masalah kesehatan lain. Dokter hewan menyarankan untuk diberikannya obat cacing secara rutin untuk mecegah adanya infeksi parasit cacing pada hewan kesayangan (Natasya, dkk, 2021).

7. Penyakit gigi dan mulut

Penyakit gigi dan mulut cukup sering terjadi pada hewan anjing dan kucing, diantaranya adalah gingivitis dan periodontitis yang disebabkan oleh akumulasi plaque pada gigi. Plaque yang dibiarkan terus menerus dapat mengakibatkan gangguan kesehatan gigi dan mulut hewan. Salah satu tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan rutin ke dokter hewan, untuk memastikan kesehatan gigi dan mulutnya. Selain itu, dokter hewan akan lebih dini mengetahui kondisi gigi anjing dan kucingmu jika memiliki karang gigi dan membutuhkan scalling gigi secara berkala. Scalling adalah prosedur pembersihan plaque pada hewan oleh dokter hewan dan penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut hewan (Apritya, 2023).


REFERENSI

1. 1.    Aditya, R. 2024. Panduan Lengkap Cara Menghilangkan Kutu Kucing dengan Efektif.https://www.basmifipindonesia.com/post/cara-menghilangkan-kutu-kucing-dengan-efektif
2. 2.    Apritya, D. 2023. Deteksi Kesehatan Gigi dan Mulut pada Kucing dengan Metode Plaque Index. Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan. 13(2):92-95.
3. 3.    Barorohm D, N,m Tyasningsih, W., Praja, R, N., Rahmahani, J., Yunita, M, N. 2023. Kajian Retrospektif Faktor Resiko Feline Panleukopenia pada Kucing Peliharaan di Madiun. Jurnal Medik Veteriner. 6(1):114-119.
4. 4.    Hermawan, I, P., Darantika, G., Tage, R, A., Desiandura, K., Wardhani, H, C, P. 2023. Studi Kasus: Kesembuhan Kasus Feline Panleukopenia pada Kucing Mocca di Surabaya. Jurnal Kajian Veteriner. 11(1):10-18.
5. 5.    Lanaksati, T, D., Petronela, Y., Simarmata, Y, T, R, M, R. 2021. Kajian Literatur Canine Distemper Virus Pada Anjing. Jurnal Veteriner Nusantara. 1-10.
6. 6.    Natasya, M., Arif, R., Tiuria,R., Triatmojo, D., Wardaningrum, A, H, A. 2021. Prevalensi Kecacingan pada Anjing dan Kucing di Klinik Smilevet Kelapa Gading Periode Januari 2020 - Januari 2021. ACTA VETERINARIA INDONESIANA. 9(3):215-222.
7. 7.    Suprihatin, M, H., Jayanti, P, D., Batan, I, W. 2024. Laporan Kasus: Penanganan Skabiosis, Infeksi Kutu, dan Toksokariosis dengan Rebusan Daun Sirih dan Pirantel Pamoat. Indonesia Medicus Veterinus. 13(1):21-35.
8. 8.    Umaiyah, I., Noviatri, A., Prasetyo, D., Rickyawan, N., Kristianto, D. 2024. Studi Kasus: Chronic Kidney Disease Pada Kucing Domestik (Felis catus). Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan. 14(1):156-164.
9. 9.    Wati, Y, M., Yunita, M, N. 2020. Studi Kasus: Rabies Pada Anjing di Wilayah Kabupaten Agam. Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper. 161-165.
10. 10. WHO. 2024. Rabies. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
11. 11. Zoetis. Distemper. https://www2.zoetis.co.id/produk-dan-solusi/anjing/distemper

Sukai & bagikan halaman ini